Para Ulama Masyhur

Para ulama masyhur, yg madzhab-madzhabnya dianut dan diikuti manusia, menggabungkan antara ilmu fiqih dan ilmu haki-kat, serta mengamalkannya. Hal itu hanya dapat diketahui dg pe-nyingkapan ihwal mereka dan menukil pendapat2 mereka. Mereka itu ada lima : Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Sufyan Ats-Tsauri—semoga Allah merahmati mereka. Masing-masing mereka adalah ahli ibadah, zuhud, dan alim dalam ilmu2 akhirat, sekaligus alim dalam ilmu-ilmu fiqih lahiriah yg berkaitan dg kepentingan2 makhluk. Mereka semuanya dg ilmu-ilmu tersebut menghendaki keridhaan Allah Swt.

Lima tokoh ini memiliki lima perangai, tetapi yg diikuti para fuqaha kontemporer adalah satu saja, yaitu menyebarkan dan memberikan perhatian besar dalam memerinci fiqih. Sebab, em-pat perangai lainnya hanya berlaku untuk kepentingan akhirat, sementara perangai yg satu ini berlaku untuk kepentingan dunia dan akhirat.

Kami mengambil dari ihwal mereka apa yg menunjukkan empat perangai ini :
Imam Syafi'i r.a. menunjukkan eksistensinya sebagai ahli ibadah. Ia membagi malam menjadi tiga bagian, sepertiga untuk ilmu, sepertiga untuk shalat, dan sepertiga lainnya untuk tidur. Ar-Rabi' berkata, "Syafi'i r.a. menamatkan Al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak enam puluh kali. Semua itu dilakukan di da-lam shalat. Sedangkan Al-Buwaiti, salah seorang sahabatnya, me-namatkan Al-Quran sebanyak satu kali setiap malam."

Al-Husain Al-Karabisi—rahimahullah Ta'ala—mengatakan, "Aku sering bermalam bersama Syafi'i. Ia shalat sepertiga malam. Aku tidak melihatnya (membaca Al-Quran) melebihi lima puluh ayat. Kalaupun lebih, maka seratus ayat. Setiap kali melewati ayat rahmat, ia memohonnya kepada Allah untuk dirinya dan semua orang Mukmin. Dan setiap kali membaca ayat mengenai azab, ia memohon kepada Allah keselamatan untuk dirinya dan seluruh orang Mukmin. Ia membatasi pembacaan Al-quran hanya lima puluh ayat, hal itu menunjukkan keluasannya dalam (memahami) rahasia2 Al-Quran.
Imam Syafi'i berkata, "Aku tidak pernah merasa kenyang se-jak enam belas tahun, karena kekenyangan dapat memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, memba-nyakkan tidur dan menjadikan seseorang lemah untuk beriba-dah." Ia pun pernah mengatakan, " Aku tidak pernah bersumpah dengan nama Allah Swt., baik dalam perkara yg benar maupun perkara yg bohong." Ia pernah ditanya mengenai suatu masalah, tetapi ia diam saja. Lalu ditanya, "Mengapa engkau tidak menja-wab?" Ia menjawab,"Hingga aku tahu apakah keutamaan itu ada dlm diamku atau memberi jawaban."

Ahmad bin Yahya mengatakan,"Pada suatu hari, Syafi'i keluar dari pasar lampu, maka kami mengikutinya. Tiba2 ada seseorang yg mengumpat seorang ulama. Maka Syafi'i menoleh kpd kami seraya berkata,'Sucikan pendengaranmu dari mendengar perkataan kotor, sebagaimana kamu mensucikan lidahmu dari mengatakannya. Karena, pendengar adalah sekutu bagi yg mengatakannya. Orang bodoh itu melihat sesuatu yg paling jelek dlm bejananya, lalu ingin menuangkannya ke dlm bejana2mu. Kalau perkataan orang bodoh itu ditolak, maka yg menolaknya menjadi bahagia, sebagaimana celaka orang yg mengatakannya." Syafi'i berkata, "Seorang bijak menulis surat kepada orang bijak yang lain. Ia mengatakan, 'Engkau telah diberi ilmu. Janganlah engkau mengotori ilmumu dg kegelapan dosa krn engkau akan tetap dalam kegelapan pada hari cahaya para ahli ilmu bersinar dg ilmu mereka dihadapan mereka."

Adapun mengenai kezuhudannya, hal itu tampak pd perka-taannya,"Barangsiapa yg mengatakan bahwa ia menggabungkan antara kecintaan pd dunia dan kecintaan pd penciptanya, maka ia telah berdusta." Pernah cemetinya jatuh dari tangannya. Lalu seseorang mengambilkannya, maka ia memberikan uang kepada orang itu sebagai balasan atasnya sebanyak lima puluh dinar. Ke-dermawanan Syafi'i lebih terkenal daripada matahari.

Yang menunjukkan ketakutannya kepada Allah dan perha-tiannya pada akhirat adalah yg diriwayatkan tentangnya, bahwa Sufyan bin 'Uyainah meriwayatkan sebuah hadis menegenai hal2 yg menggetarkan hati, maka Imam Syafi'i jatuh pingsan, bahkan dikatakan kepadanya ia telah meninggal dunia. Lalu Sufyan bin 'Uyainah mengatakan, "Jika ia telah meninggal, maka telah me-ninggal orang yg paling utama pd zamannya." Ketika sebagian mereka membaca, Ini adalah hari, yg mereka tidak dapat berbi-cara (pada hari itu). (QS Al-Mursalat [77]:35). Maka Imam Syafi'i terlihat warna kulitnya berubah, badannya bergetar, dan ia men-galami guncangan yg sangat berat, kemudian jatuh pingsan. Maka ketika siuman ia mengucapkan,"Aku berlindung kepadaMu dari kedudukan orang2 yg sangat berdusta dan pe-nyimpangan orang2 yg lalai. Ya Allah, kepadaMu tunduk hati orang2 arif dan kepadaMu merendah orang2 yg merindukanMu. Ya Allah, anugerahkan padaku kemurahanMu, naungi aku dg tiraiMu, lindungilah aku, dan ampunilah kelalaianku dg kemulian wajahMu."

Adapun eksistensinya sebagai orang yg mengetahui rahasia2 hati, yaitu ketika ia ditanya mengenai riya'. Secara spontan ia mengatakan,"Riya' adalah fitnah yg diikat hawa nafsu dg tali2 penglihatan hati para ulama. Mereka memandangnya dg pilihan jiwa yg jelek. Maka terhapuslah amalan mereka ."Ia pun pernah mengatakan,"Jika engkau takut 'ujub (bangga diri) menimpamu, maka lihatlah keridhaan yg engkau cari, pd kenikmatan mana yg engkau dambakan, dari hukuman mana yg engkau hindari, ampunan mana yg engkau syukuri dan ujian mana yg engkau ingat."

Yg menunjukkan bahwa dg fiqih dan perdebatan, ia mengharap keridhaan Allah Swt adalah perkataannya,"Aku ingin sekali agar manusia mengambil manfaat dari ilmu ini sedangkan aku tidak dihubungkan sedikitpun dgnya." Ini merupakan bukti konkret bahwa ia tidak menginginkan pujian manusia. Ia berka-ta,"Sungguh aku tidak mendebat seseorang, lalu ingin agar ia sa-lah. Dan apabila aku berbicara kpd seseorang, maka sungguh aku menginginkan agar ia mendapat petunjuk, berbuat baik, menda-pat pertolongan, serta memperoleh bimbingan dan perlindungan Allah Swt, dan aku menginginkan agar Allah menampakkan kebenaran melalui lidahnya atau melalui lidahku." Ahmad bin Hanbal berkata, "Sejak empat puluh tahun aku selalu mendoakan Syafi'i dalam setiap shalatku."

Adapun Imam Malik r.a., ia dihiasi dg lima perangai ini. Hal ini ditunjukkan ketika ia ditanya,"Apa pendapatmu tentang me-nuntut ilmu, wahai Malik?" Ia menjawab,"Kebaikan yg indah, na-mun perhatikanlah yg tidak pernah meninggalkanmu dari pagi hingga malam, lalu kerjakanlah!" Imam Syafi'i r.a. berkata,"Aku melihat Imam Malik r.a. ditanya mengenai empat puluh masalah. Ia berkata dlm tiga puluh dua masalah darinya, aku tidak tahu. Kezuhudan dan kewara'annya lebih terkenal dari yg dapat disebutkan."

Adapun Abu Hanifah r.a., diriwayatkan bahwa ia biasa menghidupkan setengah malam. Kemudian ada seseorang yg menunjuk kepadanya dg mengatakan, "Inilah orang (Abu Hani-fah) yg menghidupkan seluruh malamnya (dg beribadah)". Maka setelah itu ia terus menghidupkan seluruh malamnya. Ia berka-ta,"Aku malu untuk disebutkan sifat yg tdk ada pada diriku."
Demikian halnya, Ahmad bin Hanbal dan Sufyan. Kezu-hudan dan kewara'an mereka lebih terkenal daripada yg dpt dis-ebutkan. Kini, perhatikanlah orang2 yg mengaku sbg pengikut mereka. Apakah pengakuan mereka itu benar atau tidak?

Dikutip dari terjemahan Mukhtasar ihya' ulumuddin, Al-Imam Ghazali

1 komentar:

  1. Ulama masyur, kata-katanya selalu penuh hikmah. Terutama, salut benar dengan Imam Syafi'i, :

    Mutiara hikmah darinya pula :

    :”Pengetahuan beserta aku, bila aku menghajatkannya, ia berguna bagiku; dadaku bagaikan bejana untuknya, bukannya di dalam peti.”

    “Jika aku di dalam rumah, pengetahuan itu di dalamnya juga beserta aku, jika aku berada di pasar, pengetahuan itu pun berada di pasar juga.”

    Sebelum itu beliau berpendapat bahwa :”Pengetahuan itu laksana binatang buruan dan tulisan itu talinya; maka sebab itu ikatlah buruanmu itu denga tali yang kokoh.”

    Imam Syafi’I juga berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu harus dituntut dengan rajin tidak mungkin dengan sambil lalu saja. Ketika beliau ditanya orang :”Bagaimana engkau menuntut imu pengetahuan?”-jawab beliau :”Bagaikan seorang perempuan yang kehilangan anaknya, padahal ia tidak mempunyai anak selainnya.”
    ========

    kusimpan mutiara-mutiara hikmahnya ya...terima kasih....

    BalasHapus